Niihhh buat chingudeul yang suka baca FF gua kasih nih. tp baru sebagian. ntar kalo ada waktu gua sempatin dehhh^^ enjoy reading yaa
THANK YOU, MY LOVE (Korean Ver.)
Cast : 1. Kim Yura 5.
Kim So Hyun (cameo)
2. Yeo Jin Gu
3. Sulli / Jinri
4. And the other cast
Author: @nabilahkysj
“Youra-ya? Waeyo?
Kepalamu pusing, ne?”
“Ne, So Hyun-ah.
Sepertinya, aku tidak bisa tanding dengan namja alay itu nanti”
“Sebentar, ne. Aku
mau ambil obat di P3K”
“Aniyo! Kau harus
tetap disini!”
“Waeyo?
Kelihatannya kau ketakutan sekali”
“Perasaanku tidak
enak”
“Ya! Perasaanmu
tidak selalu benar. Ya sudah, aku mau turun!”
“Aniyo! Jangan, So
Hyun-ah! Jangan!”
“Masa bodoh! Eh,
kakiku kram! Aduhh... Eh! Aaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!”
“So Hyun-ah! Kau
kenapa?! Kau dimana?! Eh, kenapa ada darah disini? SO HYUUUUNNN!!!!!”
Lagi-lagi. Yura
teringat dengan kejadian itu. Kejadian yang membuatnya sering termenung dan
sering dianggap teman-teman aneh. Dia benci. Kenapa kecelakaan itu harus
terjadi kepada So Hyun, sahabat yang sudah dia anggap tulang rusuknya. Yura benar-benar
tidak bisa apa-apa tanpanya. Dia sangat sedih. Yura cukup kecewa dengan takdir
Tuhan.
“Youra-ya? Kau tak
apa-apa?” tanya Jinri, teman sekelas Yura.
“Ah, Jinri. Aku
tiba-tiba teringat dengan So Hyun lagi”
“hhh.. Youra-ya.
Kau tidak boleh seperti ini terus. So Hyun akan sedih bila melihatmu seperti
ini. Kau sangat berubah sejak kejadian itu, Youra”
“Jinjja? Hhh..
Jinri-ya, aku tidak bisa apa-apa tanpanya. Aku masih syok dengan kejadian itu”
“kecelakaan itu
sudah terjadi enam bulan yang lalu. Dan pasti Kim So Hyun sudah tenang disana.
Sementara, kau tetap mengingat itu. So Hyun akan sedih bila melihatmu seperti
ini terus, Youra-ya. Ayolah! Jadilah seperti Kim Youra seperti dulu!” Jinri
selalu menyemangati Yura dari hari-kehari dan tetap dengan kata-kata itu.
“Jinri-ya. Gomawo
atas semuanya. Aku akan berusaha untuk semangat seperti dulu disaat So Hyun
masih ada”
“Begitu harusnya
dari dulu, Kim Youra! Aku senang melihat bisa tersenyum cerah lagi” Jinri ikut
tersenyum cerah bersama Yura karena kali ini usahanya berhasil.
“Baik! Kajja kita
pulang!”
“Ne. Gomawo,
Jinri, nae chingu”
Jinri hanya
tersenyum. Mata eye-smilingnya kali ini tak terlihat. Entah kenapa.
“Youra-ya. Seandainya kau tau. Aku ingin
kita sekedar berteman. Aku ingin bersahabat denganmu. Seperti persahabatanmu
dengan So Hyun”
“Jinri-ya. Mianhae. Kau memang sangat baik
kepadaku. Tapi, aku tak akan pernah mengganti posisi Kim So Hyun sebagai
sahabat terbaikku”
Mereka menyusuri
lorong-lorong sepi di jalanan. Akhirnya, mereka tiba di rumah masing-masing.
Rumah Jinri hanya sekitar sepuluh langkah dari rumah Yura.
“Youra-ya!
Annyeonghi gyeseyo! Jangan termenung lagi, ne! Tetaplah semangat! Fighting!”
“Gomawo,
Jinri-ya!”
Karena hari telah
sore, Yura bergegas mandi dan makan malam bersama keluarga kecilnya.
“Amber-nim. Apa
kau menang pertandingan bola basket tadi?”
“Mwo? Eemm.. Club
kami kalah. Kenapa kau bertanya tentang itu? Ha! Eomma! Yura sudah kembali
menjadi Yura yang dulu!”
“Geurraeyo? Coba
sini eomma lihat!”
“Waeyo, eomma?
Eomma aneh”
“katakan pada
eomma. Siapa yang membuatmu bangkit seperti ini? Apakah seorang namja yang
menyemangatimu?”
“eomma! Jinri yang
membuatku seperti ini. Aku hanya kasihan kepadanya karena hampir setiap hari
dia menyematiku”
“Ya! Kau tidak
boleh seperti itu! Itu namanya tidak ikhlas menerima perjuangannya!” seru Amber
kepada Yura.
“Ne. Arrasseo”
“eomma. Yura
benar-benar kembali!” bisik Amber.
“Ne! Eomma
benar-benar bahagia!” balas eomma dengan berbisik.
“Ya! Kalian ini
kenapa, sih?! Amber-nim! Kau diam dan makan saja makananmu!”
“Eomma! Kim Yura
kembali” bisik Amber lagi kepada eomma. Eomma hanya terkikik saja.
“Amber-nim! Aku
membencimuuu!!!” seru Yura sambil memukulkan sendok ke kepala Amber.
“Awwww!! Awas kau,
Youra-ya!”
“Bwweeeekkk!!!”
“Hahahahaaa!!!”
tawa eomma dan beberapa saat kemudian tawa mereka bersamaan. Yura benar-benar
bahagia saat ini. Dia benar-benar menjadi Yura yang dulu. Ini semua berkat
Jinri tapi, dia tak akan pernah menganggapnya sahabat. Jinri tetap chingunya
Hanya chingu biasa.
Makan malam
akhirnya selesai. Masing-masing dari mereka sibuk dengan urusan sendiri. Eomma
yang sedang mengobrol dengan Appa di ponsel, Amber-nim yang sibuk dengan
pekerjaan-rumahnya dan Yura yang sedang sibuk menulis diary.
Dear diary,
Hari ini, aku benar-benar
menjadi Kim Youra yang dulu. Kim Youra yang bersemangat, Kim Youra yang penuh
dengan tawa, Kim Youra yang penuh dengan ekspresi dan Kim Youra yang penuh
dengan senyum. Ini semua berkat Jinri. Aku berterimakasih sebesar-besar dan
meminta maaf yang sebesar-besarnya kepadanya. Karena, Kim So Hyun adalah
sahabat terbaikku sampai aku mati nanti. Sampai kami berdua di Surga nanti.
Jinri-ya, kau tetap temanku. Mianhae. Mungkin harapanmu selama ini ingin
menjadi sahabatku untuk menggantikan So Hyun.Tapi, sekali lagi, aku minta maaf.
So Hyun-ah, kau baik-baik
saja diatas sana, kan? Aku juga sangat bahagia dan baik sekali di dunia ini.
Aku sangat senang, dan aku berjanji aku akan selalu ceria seperti dulu dan
tidak akan pernah termenung dan bersedih lagi. Tapi, aku akan selalu keras kepala
untuk selalu ke lantai tiga untuk bermain piano dan menaburkan bunga. Kim So
Hyun, aku menyayangimu, sahabatku. J
Setelah menulis
diary, Yura menuju tempat tidurnya dan segera tidur. Beberapa saat kemudian,
Amber membangunkannya. Kedatangan Amber cukup mengganngu Yura karena dia baru
saja terlelap.
“Yura-ya. Bolehkah
aku tidur di sampingmu?”
“Amber-nim, kau
sungguh menyebalkan. Palli! Aku mau tidur!”
“Yura-ya, ayo
mengobrol”
“Ya! Mwoya?! Aku
lelah. Aku mengantuk. Tidur saja sana!”
“aku ingin tidur, tapi
aku tidak bisa”
“Ya sudah! Diam
saja! Kau ambil headphone-ku saja”
“tapi ponselku
habis baterai”
“pakai ponselku!”
“Lagu-lagumu
menyebalkan! Semuanya alunan piano”
“heh, pabbo! Kau
ambil saja kartu memorimu dan kau masukkan ke dalam ponselku”
“kau cerdas, Yura!
Gomawoooo, nae yeppeo saengiiii” pujinya sambil mengguncang-guncangkan tubuh
Yura.
“Diam”
“baik”
Setelah keributan
itu, kamar Yura menjadi hening dan tak lama, Amber tertidur masih dengan
mendengarkan musik.
Paginya...
“AMBER-NIIIIIIMMMMM!!!!!!!!!!!”
“mwoya? Pagi-pagi kau sud..... AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!”
“AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”
Saat Yura bangun,
dia benar-benar terkejut karena mereka tidur dalam posisi Amber memeluk Yura
dan hampir menimpanya. Ini sangat membuatnya malu. Nafas Amber sangat terasa di
pipi mungil Yura.
“Ada apa?! Kenapa
kalian rib....“ eomma datang ke kamar Yura dan tiba-tiba membeku melihat posisi
mereka. Amber segera melepas pelukannya dan berdiri turun dari tempat tidur.
“Eomma, Youra-ya,
ini... tidak seperti kelihatannya. Eomma...” sangkal Amber.
“Eomma...
Amber-nim...” Yura melihat Amber sekilas dan menutup matanya.
“Amber... Eomma...
benar-benar tidak percaya atas apa yang kalian lakukan!” eomma menjauh dari
mereka berdua dan pergi ke dapur lagi, meneruskan pekerjaannya.
“Eomma! Aku tidak
melakukan itu! Eomma, eomma salah sangka. Aku tidak akan pernah melakukan itu,
eomma. Percayalah pada...”
“Amber, Youra-ya,
kemari” eomma mengajak Amber dan Yura duduk di bangku makan.
“Eomma...” Amber
masih ingin mempertahankan pendapatnya tapi, eomma memotong kalimatnya.
Sementara, Yura tidak bisa berkata apa-apa.
“Amber, apa kau
melakukan itu?” tanya eomma dengan lembut.
“Eomma kenapa kau
tidak percaya padaku?! Aku tidak akan pernah melakukan itu. Apalagi kepada
dongsaeng-ku sendiri”
“Jadi, apa yang
terjadi pada kalian? Kenapa bisa posisi tidur kalian seperti itu?”
“eemm.. begini,
eomma. Tadi malam, aku tidak bisa tidur dan aku pergi ke kamar Yura dan aku
tidur bersamanya. Tiba-tiba, saat aku bangun, aku terkejut bahwa posisi tidurku
benar-benar... benar-benar memalukan!” Amber menjelaskan kronologi ceritanya
secara detail.
“Apakah itu benar,
Yura?”
Yura hanya
mengangguk. Dia tidak bisa menatap siapapun. Dia merasa syok atas kejadian
memalukan itu.
“Youra-ya! Kenapa
kau menjawab seperti itu? Aku tidak akan pernah melakukan itu padamu! Lagi
pula, aku masih yeoja normal. Memang gaya ku seperti namja, tapi, aku tidak
melakukan itu!”
“Amber, bicaralah
dengan lembut dan minta maaf kepadanya”
“Mwoya?! Menatapku
saja dia tidak mau. Bagaimana aku minta maaf dengannya?”
“Amber, dia pasti
sangat syok”
“Youra-ya,
mianhaeyo. Jeongmal mianhae. Aku berjanji tidak akan pernah tidur di kamarmu
lagi! Promise you!”
Yura tetap tidak
menunduk dan tetap tutup mulut.
“Yura-ya... Eonni,
jeongmal mianhaeyo. Aku tau, kau pasti sangat syok. Aku juga terkejut, kenapa
aku bisa seperti itu. Youra-ya, maukah kau memaafkan ku?” Amber membujuknya
dengan nada memelas.
“Amber-nim, kau
benar-benar tidak tau tentang itu? Kau benar-benar tidak melakukannya, kan?”
“Ne! Lagipula, kau
adikku dan kita sama-sama yeoja. Jadi, aku tidak mungkin melakukan itu. Maukah
kau memaafkan-ku?”
“ne. Aku
memaafkan-mu”
“Geurraeyo?! Gomawo,
saengiiiiii !!!”
“Tapi, kau jangan
pernah tidur di kamarku lagi dan, kembalikan earphone-ku” Yura menadahkan
tangannya untuk mengambil earphone.
“earphone? Oo..
gomawo, saeng” Amber melepaskan earphone dari lehernya dan memberikannya pada
Yura.
“Youra-ya,
Amber-ssi, Kajja! Kalian harus pergi sekolah, kan?”
“Ah, ne!” sahut
mereka berdua karena mereka hampir lupa sekolah.
Setengah jam
berlalu, Amber dan Yura bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
“Eomma, kami
pergi, ne!” sahut Amber dari luar.
“Ne! Hati-hati!”
Mereka pun pergi
ke sekolah tetapi berbeda haluan. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sekolah.
Bel berbunyi tepat saat Yura sampai di kelas. Guru pun segera masuk dengan
membawa seorang murid baru.
“Anak-anak, Bapak
akan mengenalkan kepada kalian murid baru di kelas ini. Nak, silahkan
perkenalkan dirimu” kata Guru Han kepada murid baru itu. Murid itu mulai
menghela nafasnya dan memulai untuk berbicara.
“Annyeonghaseyo.
Jeoneun Yeo Jin Gu imnida. Jeongmal bangapseumnida” sapanya dengan menundukkan
kepalanya.
“baiklah, Yeo Jin
Gu. Silahkan duduk di bangku yang kosong”
“Gamsahamnida,
Guru Han”
Yeo Jin Gu
namanya. Dia seorang namja. Tapi, bukan namja biasa bagi Yura. Entah kenapa,
matanya tak bisa lepas dari murid baru itu. Berulang kali, matanya berkedip,
detak jantungnya sangat cepat, apalagi saat Jin Gu tersenyum. Dia mulai
berkenalan dengan teman-teman barunya tapi, saat dia melihat Yura, dia benar-benar
tidak berani melihatnya. Dia menunduk dan pura-pura membaca buku. Saat dia
memalingkan wajahnya dari Yura, Yura kembali melihatnya, sesekali menunduk
sambil tersenyum sendiri. Yura merasa ada yang aneh dari dirinya. Hatinya
merasakan bahwa Yura menyukai Yeo Jin Gu, tetapi, dia melawan pikiran bodoh
itu.
Bel berbunyi...
Bel berbunyi. Jam
istirahat pertama pun dimulai. Sebagian murid-murid ada yang ke kantin, ada
yang hanya sekedar berjalan-jalan, dan ada yang di kelas saja seperti Yura,
Jinri, Jin Gu dan chingudeul yang lain. Dia tetap fokus membaca komik yang dibacanya
dan tiba-tiba Jinri datang kepadanya.
“Youra-ya, kau
sedang baca komik apa?”
“Komik Miiko”
“Miiko edisi
berapa?”
“Yang terbaru, edisi
25. Kau sudah punya?”
“Belum. Waeyo?”
“Mau aku
pinjamkan?”
“Geurraeyo? Kau
benar-benar...”
“ne. Kau mau?”
“Youra-ya,
sebetulnya, aku ingin mengatakan ini sejak lama. Tapi, aku tidak pernah berani
untuk mengatakannya padamu karena, aku paham suatu hal”
“waeyo, Jinri? Apa
yang ingin kau katakan padaku?”
“Youra-ya,
bolehkah aku jadi sahabatmu?”
“Jinri-ya, aku tau kau sangat ingin menjadi
sahabatku, tapi, aku tidak bisa. So hyun tetap sahabatku”
“Jinri, bukannya
aku tidak mau. Tapi, aku akan tetap mengganggapmu sebagai temanku. Hanya teman.
Karena..”
“Aku paham, Kim So
hyun tetap sahabatmu. Gwenchana, aku mengerti”
“mianhaeyo, Jinri”
“gwenchanayo,
Youra-ya” jawab Jinri dengan senyum.
“Jinri-ya, apa kau
sudah berkenalan dengannya?”
“Ye. Dia sangat baik.
Ya.. menurutku dia seperti lelaki lainnya. Bagaimana denganmu?”
“Ah, aku belum.
Mungkin kapan-kapan”
“Kenapa
‘kapan-kapan’? Apa kau sudah mengenalnya?”
“Belum. Hanya
saja, hari ini belum tepat waktunya”
Saat Yura
menyelesaikan jawabannya barusan, dia melihat Jin Gu menuju keberadaan mereka,
Yura segera mengajak Jinri keluar dari kelas.
“Ya! Kalian...”
seru Jin Gu menghampiri mereka.
“Jinri-ya, ayo
kita keluar! Aku mau ke toilet. Kajja!” Yura menyeret Jinri keluar dari kelas.
“Ya! Youra-ya! Aku
bisa jalan sendiri!”
Mereka berhasil
keluar dari kelas untuk menghindari Jin Gu. Jantungnya berdegup sangat kencang
saat Jin Gu berkata-kata. Berulang kali, ditelan ludahnya sendiri dan
jantungnya kembali berdegup kencang. Sementara, Yeo Jin Gu berdiri terpatung di
meja Yura sambil menatapi komik yang ada di atas mejanya. “Tunggu sebentar! Komik? Aigooo!!” jerit Yura dalam hati. Dia mulai
meraih komik itu sambil tersenyum sendiri.
“Jinri-ya, tolong
ambilkan komik yang dipegang Jin Gu, ya?”
“Youra-ya, katamu
kau mau ke toilet”
“Sebentar! Kau
ambilkan saja dulu komikku. Palliii! Palliwaa!”
“Waeyo??”
“Ya! Sudah
ambilkan saja dulu sanaa!” Yura semakin tidak sabar dan mendorong Jinri ke
dalam kelas.
Detak jantung Yura
semakin tidak beraturan saat dia melihat Jin Gu menyimpan komiknya ke dalam
tasnya.
“Yeo Jin Gu!” seru
Jin ri kepada Jin Gu.
“Nde? Ada apa?”
“Boleh aku minta
komiknya?”
“Komik? Maksudmu,
komik ini?” tanya Jin Gu sambil mengeluarkan komik Yura dari dalam tasnya.
“Ye. Kau mau
pinjam komik itu? Itu komik temanku”
“Ye. Aku tahu,
tapi, temanmu tadi buru-buru pergi. Jadi, aku ambil saja”
“sebaiknya, kau
bilang dulu padanya. Komik itu baru dibelinya”
“Arratchi”
Jin Gu dan dan Jin
ri menuju tempat Yura bersembunyi, yaitu di balik pintu kelas. Betapa
terkejutnya dia ketika Jin Gu tepat berada di depan dirinya. Tubuhnya refleks
berlari ketika mereka berdua hampir dekat dengan Yura. Jinri dan Jin Gu
terkejut karena Yura tidak ada disana.
“Omo! Kenapa dia
tidak ada disini? Kemana dia?” Jinri kebingungan mencari Yura.
“Kau yakin tadi
dia disini?” tanya Jin Gu yang juga kebingungan.
“Ne! Bahkan tadi
dia mendorongku agar cepat-cepat mengambil komiknya”
“Mungkin dia
sedang buru-buru” tebak Jin Gu.
“Ah, ne! Katanya,
dia ingin ke toilet!”
“Jadi, bagaimana
dengan komiknya?”
“euumm... Kau
pegang saja dulu. Nanti aku yang bilang padanya”
“Ne. Gomawo”
Di lain sisi, Yura
terengah-engah karena telah lelah berlari dan terhenti belakang gedung sekolah.
Nafasnya tersengal-sengal seiring degup jantungnya yang kian cepat karena terus
mengingat Jin Gu.
“Bagaimana kalau tadi aku tidak berlari?
Jantungku pasti sudah terhenti dan pingsan di depannya. Aigoo! Ada apa dengan
hati ini? Ania! Ini bukan cinta! Aniaaa!!! Eottokhae?! Kenapa dia harus
mengambil komikku? Kenapa dia harus menyentuh, memegang dan menyimpan komikku?
Apa yang tadi dibicarakan mereka berdua? Yeo Jin Gu! Kenapa kau membuatku
begitu... Haaiisshh...”
Sejenak, Yura
memandang langit yang begitu kelabu. Hari itu mendung saat itu. Seiring dia
melihat awan yang berarak-arak di langit, hatinya tiba-tiba menjadi tenang dan
menjadi dingin. Bibirnya sedikit demi sedikit tersenyum dan dengan tenangnya
dia merasakan angin dingin yang membelai lembut tubuhnya. Lagi-lagi, Yeo Jin Gu
melintas dipikirannya, tetapi kali ini dia sadar, bahwa dia memang menyukai Yeo
Jin Gu. Tiba-tiba, Jin Gu yang sedang berjalan-jalan berkeliling sekolah
melihat Yura yang sedang berdiri tegak sambil menutup matanya. Rambut panjang
Yura yang sedang diterbangkan angin menarik hati Jin Gu untuk mengamati Yura
dari balik pepohonan.
“Sebenarnya, dia itu kenapa? Kenapa dia
menyukai cuaca mendung seperti ini? Benar-benar yeoja yang unik. Rambut
panjangnya membuat wajahnya sangat polos dan manis. Ya! Jin Gu-ya! Kau kenapa?
Ada apa dengan dirimu? Huuftt...”
Setetes hujan
jatuh membasahi bumi dan kemudian membasahi ujung hidung Yura. Dia melihat ke
arah tetesan hujan itudan kemudian mendongak ke arah langit. Perlahan, tetesan
hujan yang jatuh ke bumi semakin banyak. Yura belari ke arah pohon besar tepat
Jin Gu berada. Jin Gu yang juga menyadari hari telah hujan, kemudian bersandar ke
badan pohon tersebut, sama seperti yang dilakukan Yura. Mereka bersandar
berlawanan arah. Yura menyentuh tetesan air itu dan bermain dengannya.
Sementara, Jin Gu menggigil kedinginan karena hawa yang dingin. Bel masuk
berbunyi, keduanya segera berlari ke gedung sekolah. Sekilas, mata mereka
berpapasan. Jantung Yura kembali berdegup kencang dan berlari sekuat tenaga.
Jin Gu jauh tertinggal dan segera berlari menuju kelas.
“hhh... hhhh...
hhhh...” nafas Yura kembali terengah-engah saat kembali ke kelas.
“Kau kenapa? Kau
darimana saja?”
“Aku tidak dari
mana-mana. Aku hanya dari halaman belakang sekolah. Eum, apa yang kalian
bicarakan tadi?”
“Bicarakan? Eum...
Ah, ne! Jin Gu-ya mau meminjam komikmu, makanya dia mengambil komikmu”
“M-mwoya? Dia mau
meminjam komikku?!” Yura sangat terkejut dan jantungnya kembali berdetak
kencang. Entah karena sebab apa jantungnya selalu berdegup kencang saat dia
membicarakan Yeo Jin Gu.
“Nde. Waeyo?
Kenapa kau begitu terkejut?” tanya Jinri keheranan.
“Ani. Mutdoaniya.
Yasudah, pinjamkan saja komikku padanya”
“Haaiissh... otthe? Apa aku harus
meminjamkan padanya? Padahal, komiknya baru seperempatku baca”
Langkah kaki Jin
Gu pun masuk memasuki kelas, bajunya cukup basah karena terkena hujan. Yura
segera duduk dan menunduk ketika Jin Gu datang. Murid-murid yang lain dan juga
Jinri segera menghampiri Jin Gu.
“Kau kenapa basah
sekali? Pasti kau kehujanan, ya?”
“Kau darimana
saja, Jin Gu-ya?”
“Kau harus segera
ganti baju. Kalau tidak, kau akan sakit”
Banyak pertanyaan
yang menhampiri Jin Gu. Memang murid baru itu sangat manis untuk murid-murid di
sekolah itu. Wajar jika banyak murid perempuan yang mendekati dan memberi
perhatian kepadanya, kecuali Kim Yura. Dia menjadi sangat pemalu kepada Yeo Jin
Gu karena ini kali pertamanya dia merasakan getaran ‘sarang’ itu. Yeo Jin Gu
pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
“Gwenchanayo. Aku
hanya dari halaman belakang sekolah. Ini tidak terlalu basah, lagipula, ada jas
ini. Gwenchanayo. Gomawo untuk perhatian kalian”
“Ah, kau sangat
baik Jin Gu-ya. Memang murid pindahan dari luar negeri sangat baik dan sopan”
jawab salah satu murid perempuan.
Jinri teringat
kepada Yura. Dia menyadari kalau Yura dan Jin Gu sama-sama dari halaman
belakang sekolah.
“Kenapa bisa sama-sama dari halaman
belakang sekolah? Dan sama-sama kebasahan. Apa mereka sedang bersama-sama?
Selang waktu mereka sampai di kelas pun, tidak jauh-jauh sekali”
Seorang guru pun
masuk ke dalam kelas. Murid-murid kembali ke tempat duduknya dan mengeluarkan
buku pelajaran. Jinri masih berpikir kenapa Yura dan Jin Gu sama-sama dari
halaman belakang sekolah dan sama-sama basah kuyup. Sementara, Jin Gu masih
keheranan terhadap sikap Yura yang selalu menhindarinya dan kenapa ada kesan
khusus saat dia melihat Yura? Dia melirik sebentar ke arah Yura dan teringat
akan komik yang ingin dipinjamnya.
Pulang sekolah...
“KRRIIIIINNNNGGG!!!!”
Bel sekolah
berbunyi, murid-murid berhamburan keluar dari kelas dan pulang menuju rumah
masing-masing. Seperti biasa, Yura pulang sendiri ke rumahnya. Jinri tidak bisa
menemani Yura kali pulang karena dia harus ke rumah pamannya. Yeo Jin Gu
melihat Kim Yura jalan searah dengannya. Dia pun mendekati Yura agar bisa
pulang bersama.
“ Neol!” Jin Gu
meneriaki Yura tanpa menyebut namanya karena dia tidak tahu nama Yura. Untungnya,
Yura merasa kalau dia sedang dipanggil. Dia menoleh ke belakang. Jin Gu
melambaikan tangannya untuk memberi tanda kepada Yura. Yura sangat terkejut dan
segera berlari. Sayangnya, tangannya sudah dipegang erat-erat oleh Jin Gu. Yura
segera menutup matanyadan menolehkan kepalanya ke samping.
“Waeyo? Kenapa kau
tidak mau melihatku? Apa aku hantu?” tanya Jin Gu.
“Tolong lepaskan
tanganmu” jawab Yura datar.
“Nanti kau lari”
“Ani”
“Baik” Jin Gu
melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Yura.
“Aku mau tanya
suatu hal kepadamu. Kenapa kau selalu menghindar setiap aku mendekatimu? Kenapa
setiap aku melihatmu, kau selalu memalingkan wajahmu?”
“Mollayo. Aku juga
ingin menanyakan hal itu kepada hatiku”
“Hatimu? Ah, ne.
Aku sampai tidak tahu namamu karena kau selalu menghindar. Siapa namamu?”
“Kim Yura” jawab
Yura singkat. Jin Gu tersenyum mendengar nama itu karena menurutnya Yura adalah
nama yang indah.
“Komikmu aku pinjam,
ya. Eum, ayo kita berteman!” Jin Gu mengulurkan tangannya sebagai persetujuan
bahwa mereka berteman dan ia juga tersenyum sangat manis sebagai penguat
pernyataannya itu. Perlahan, Yura mengangkat kepalanya.
“Aku mohon, jangan tersenyum. Aku bisa
pingsan jika terus-terusan melihat senyummu. Aku mohon! Lebih baik aku lari
daripada pingsan!”
Ia pun mencoba
untuk lari, tapi lagi-lagi, tangannya ditahan oleh Jin Gu.
“Otthe?! Aku benar-benar tidak bisa lari!
Aigoo!”
“Otthe? Apa kau
mau menjadi temanku?” lagi-lagi, Jin Gu mengulurkan tangannya.
Akhirnya, Yura
mengaku kalah. Dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Jin Gu. Hawa panas
mengalir dari tubuh Yura. Itu kali pertama dia merasakan perasaan hebat itu.
Jin Gu merasa ada yang lain saat dia menjabat tangan Yura.
“Ada apa ini? Kenapa... Kenapa tangannya
sangat hangat? Kenapa aku merasa sangat nyaman saat dia menjabat tanganku?”
“ekhemm...”
“Ah, ne. Gomawo
sudah menjadi temanku. Yura-ya, rumahmu dimana?”
“Rumahku? Masih
sekitar sini. Rumahmu?”
“Masih disekitar
sini juga. Mmm.. aku boleh tau rumahmu?”
“Untuk apa?”
“Tidak.. aku baru
pindah ke daerah ini. Jadi, aku ingin melihat-melihat”
“ooh...”
Di sepanjang
jalan, mereka tidak bercakap-cakap. Sesekali, Jin Gu bertanya nama lorong dan
Yura menjawabnya ringan. Yura masih malu-malu untuk berbicara dengan Jin Gu.
Beberapa saat kemudian, Jin Gu menemukan sebuah taman bermain.
“Yura-ya”
“Ne?”
“Apa kau mau
bermain di taman ini?”
“Ini sudah sore.
Apa kau tak mau pulang dulu dan mengganti bajumu?” tolak Yura dengan sopan.
“Ah, ne” jawab Jin
Gu pelan.
Jin Gu agak
sedikit heran dengan sikap Yura kepadanya. Tiap kali ia bertanya kepada Yura,
Yura menjawabnya dengan jawaban singkat. Bahkan, dia tidak pernah membuka
pembicaraan terlebih dulu selama perjalanan pulang ini. Yura hanya tertunduk
setiap kali Jin Gu menatapnya. Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di rumah
Kim Yura.
“Ini rumahku” ini
kali pertama ia membuka pembicaraan antara mereka berdua.
“Rumahmu cukup
bagus. Kau tak mau melihat-lihat rumahku?” tanya Jin Gu lembut.
“Ani, gomawo”
jawabnya singkat.
“Ne, cheonma” Jin
Gu terlihat kecewa karena lagi-lagi, Yura menjawabnya singkat dan dingin.
“Chogiyeo!”
“Ne?”
“Di sekolah, ada
beberapa ekskul yang mestinya kau ikuti”
“Ekskul apa saja?”
“Basket, Musik...”
“Ada basket?”
“Ne. Waeyo?”
eh maap yaa, baru selesai sampai sini ntar kalo komennya bagus ntar diusahain buat dilanjutin heheh. btw, rada gaje kan? yaiyalah, ini ffnya udh lama dibuat wkwk