Jumat, 19 Februari 2016

Niihhh buat chingudeul yang suka baca FF gua kasih nih. tp baru sebagian. ntar kalo ada waktu gua sempatin dehhh^^ enjoy reading yaa

THANK YOU, MY LOVE (Korean Ver.)

Cast :  1. Kim Yura                              5. Kim So Hyun (cameo)
          2. Yeo Jin Gu
          3. Sulli / Jinri
          4. And the other cast
Author: @nabilahkysj

“Youra-ya? Waeyo? Kepalamu pusing, ne?”
“Ne, So Hyun-ah. Sepertinya, aku tidak bisa tanding dengan namja alay itu nanti”
“Sebentar, ne. Aku mau ambil obat di P3K”
“Aniyo! Kau harus tetap disini!”
“Waeyo? Kelihatannya kau ketakutan sekali”
“Perasaanku tidak enak”
“Ya! Perasaanmu tidak selalu benar. Ya sudah, aku mau turun!”
“Aniyo! Jangan, So Hyun-ah! Jangan!”
“Masa bodoh! Eh, kakiku kram! Aduhh... Eh! Aaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!”
“So Hyun-ah! Kau kenapa?! Kau dimana?! Eh, kenapa ada darah disini? SO HYUUUUNNN!!!!!”
Lagi-lagi. Yura teringat dengan kejadian itu. Kejadian yang membuatnya sering termenung dan sering dianggap teman-teman aneh. Dia benci. Kenapa kecelakaan itu harus terjadi kepada So Hyun, sahabat yang sudah dia anggap tulang rusuknya. Yura benar-benar tidak bisa apa-apa tanpanya. Dia sangat sedih. Yura cukup kecewa dengan takdir Tuhan.
“Youra-ya? Kau tak apa-apa?” tanya Jinri, teman sekelas Yura.
“Ah, Jinri. Aku tiba-tiba teringat dengan So Hyun lagi”
“hhh.. Youra-ya. Kau tidak boleh seperti ini terus. So Hyun akan sedih bila melihatmu seperti ini. Kau sangat berubah sejak kejadian itu, Youra”
“Jinjja? Hhh.. Jinri-ya, aku tidak bisa apa-apa tanpanya. Aku masih syok dengan kejadian itu”
“kecelakaan itu sudah terjadi enam bulan yang lalu. Dan pasti Kim So Hyun sudah tenang disana. Sementara, kau tetap mengingat itu. So Hyun akan sedih bila melihatmu seperti ini terus, Youra-ya. Ayolah! Jadilah seperti Kim Youra seperti dulu!” Jinri selalu menyemangati Yura dari hari-kehari dan tetap dengan kata-kata itu.
“Jinri-ya. Gomawo atas semuanya. Aku akan berusaha untuk semangat seperti dulu disaat So Hyun masih ada”
“Begitu harusnya dari dulu, Kim Youra! Aku senang melihat bisa tersenyum cerah lagi” Jinri ikut tersenyum cerah bersama Yura karena kali ini usahanya berhasil.
“Baik! Kajja kita pulang!”
“Ne. Gomawo, Jinri, nae chingu”
Jinri hanya tersenyum. Mata eye-smilingnya kali ini tak terlihat. Entah kenapa.
“Youra-ya. Seandainya kau tau. Aku ingin kita sekedar berteman. Aku ingin bersahabat denganmu. Seperti persahabatanmu dengan So Hyun”
“Jinri-ya. Mianhae. Kau memang sangat baik kepadaku. Tapi, aku tak akan pernah mengganti posisi Kim So Hyun sebagai sahabat terbaikku”
Mereka menyusuri lorong-lorong sepi di jalanan. Akhirnya, mereka tiba di rumah masing-masing. Rumah Jinri hanya sekitar sepuluh langkah dari rumah Yura.
“Youra-ya! Annyeonghi gyeseyo! Jangan termenung lagi, ne! Tetaplah semangat! Fighting!”
“Gomawo, Jinri-ya!”
Karena hari telah sore, Yura bergegas mandi dan makan malam bersama keluarga kecilnya.
“Amber-nim. Apa kau menang pertandingan bola basket tadi?”
“Mwo? Eemm.. Club kami kalah. Kenapa kau bertanya tentang itu? Ha! Eomma! Yura sudah kembali menjadi Yura yang dulu!”
“Geurraeyo? Coba sini eomma lihat!”
“Waeyo, eomma? Eomma aneh”
“katakan pada eomma. Siapa yang membuatmu bangkit seperti ini? Apakah seorang namja yang menyemangatimu?”
“eomma! Jinri yang membuatku seperti ini. Aku hanya kasihan kepadanya karena hampir setiap hari dia menyematiku”
“Ya! Kau tidak boleh seperti itu! Itu namanya tidak ikhlas menerima perjuangannya!” seru Amber kepada Yura.
“Ne. Arrasseo”
“eomma. Yura benar-benar kembali!” bisik Amber.
“Ne! Eomma benar-benar bahagia!” balas eomma dengan berbisik.
“Ya! Kalian ini kenapa, sih?! Amber-nim! Kau diam dan makan saja makananmu!”
“Eomma! Kim Yura kembali” bisik Amber lagi kepada eomma. Eomma hanya terkikik saja.
“Amber-nim! Aku membencimuuu!!!” seru Yura sambil memukulkan sendok ke kepala Amber.
“Awwww!! Awas kau, Youra-ya!”
“Bwweeeekkk!!!”
“Hahahahaaa!!!” tawa eomma dan beberapa saat kemudian tawa mereka bersamaan. Yura benar-benar bahagia saat ini. Dia benar-benar menjadi Yura yang dulu. Ini semua berkat Jinri tapi, dia tak akan pernah menganggapnya sahabat. Jinri tetap chingunya Hanya chingu biasa.
Makan malam akhirnya selesai. Masing-masing dari mereka sibuk dengan urusan sendiri. Eomma yang sedang mengobrol dengan Appa di ponsel, Amber-nim yang sibuk dengan pekerjaan-rumahnya dan Yura yang sedang sibuk menulis diary.
Dear diary,
Hari ini, aku benar-benar menjadi Kim Youra yang dulu. Kim Youra yang bersemangat, Kim Youra yang penuh dengan tawa, Kim Youra yang penuh dengan ekspresi dan Kim Youra yang penuh dengan senyum. Ini semua berkat Jinri. Aku berterimakasih sebesar-besar dan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepadanya. Karena, Kim So Hyun adalah sahabat terbaikku sampai aku mati nanti. Sampai kami berdua di Surga nanti. Jinri-ya, kau tetap temanku. Mianhae. Mungkin harapanmu selama ini ingin menjadi sahabatku untuk menggantikan So Hyun.Tapi, sekali lagi, aku minta maaf.

So Hyun-ah, kau baik-baik saja diatas sana, kan? Aku juga sangat bahagia dan baik sekali di dunia ini. Aku sangat senang, dan aku berjanji aku akan selalu ceria seperti dulu dan tidak akan pernah termenung dan bersedih lagi. Tapi, aku akan selalu keras kepala untuk selalu ke lantai tiga untuk bermain piano dan menaburkan bunga. Kim So Hyun, aku menyayangimu, sahabatku. J

Setelah menulis diary, Yura menuju tempat tidurnya dan segera tidur. Beberapa saat kemudian, Amber membangunkannya. Kedatangan Amber cukup mengganngu Yura karena dia baru saja terlelap.
“Yura-ya. Bolehkah aku tidur di sampingmu?”
“Amber-nim, kau sungguh menyebalkan. Palli! Aku mau tidur!”
“Yura-ya, ayo mengobrol”
“Ya! Mwoya?! Aku lelah. Aku mengantuk. Tidur saja sana!”
“aku ingin tidur, tapi aku tidak bisa”
“Ya sudah! Diam saja! Kau ambil headphone-ku saja”
“tapi ponselku habis baterai”
“pakai ponselku!”
“Lagu-lagumu menyebalkan! Semuanya alunan piano”
“heh, pabbo! Kau ambil saja kartu memorimu dan kau masukkan ke dalam ponselku”
“kau cerdas, Yura! Gomawoooo, nae yeppeo saengiiii” pujinya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Yura.
“Diam”
“baik”
Setelah keributan itu, kamar Yura menjadi hening dan tak lama, Amber tertidur masih dengan mendengarkan musik.
Paginya...
“AMBER-NIIIIIIMMMMM!!!!!!!!!!!”
“mwoya? Pagi-pagi kau sud..... AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!”
“AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”
Saat Yura bangun, dia benar-benar terkejut karena mereka tidur dalam posisi Amber memeluk Yura dan hampir menimpanya. Ini sangat membuatnya malu. Nafas Amber sangat terasa di pipi mungil Yura.
“Ada apa?! Kenapa kalian rib....“ eomma datang ke kamar Yura dan tiba-tiba membeku melihat posisi mereka. Amber segera melepas pelukannya dan berdiri turun dari tempat tidur.
“Eomma, Youra-ya, ini... tidak seperti kelihatannya. Eomma...” sangkal Amber.
“Eomma... Amber-nim...” Yura melihat Amber sekilas dan menutup matanya.
“Amber... Eomma... benar-benar tidak percaya atas apa yang kalian lakukan!” eomma menjauh dari mereka berdua dan pergi ke dapur lagi, meneruskan pekerjaannya.
“Eomma! Aku tidak melakukan itu! Eomma, eomma salah sangka. Aku tidak akan pernah melakukan itu, eomma. Percayalah pada...”
“Amber, Youra-ya, kemari” eomma mengajak Amber dan Yura duduk di bangku makan.
“Eomma...” Amber masih ingin mempertahankan pendapatnya tapi, eomma memotong kalimatnya. Sementara, Yura tidak bisa berkata apa-apa.
“Amber, apa kau melakukan itu?” tanya eomma dengan lembut.
“Eomma kenapa kau tidak percaya padaku?! Aku tidak akan pernah melakukan itu. Apalagi kepada dongsaeng-ku sendiri”
“Jadi, apa yang terjadi pada kalian? Kenapa bisa posisi tidur kalian seperti itu?”
“eemm.. begini, eomma. Tadi malam, aku tidak bisa tidur dan aku pergi ke kamar Yura dan aku tidur bersamanya. Tiba-tiba, saat aku bangun, aku terkejut bahwa posisi tidurku benar-benar... benar-benar memalukan!” Amber menjelaskan kronologi ceritanya secara detail.
“Apakah itu benar, Yura?”
Yura hanya mengangguk. Dia tidak bisa menatap siapapun. Dia merasa syok atas kejadian memalukan itu.
“Youra-ya! Kenapa kau menjawab seperti itu? Aku tidak akan pernah melakukan itu padamu! Lagi pula, aku masih yeoja normal. Memang gaya ku seperti namja, tapi, aku tidak melakukan itu!”
“Amber, bicaralah dengan lembut dan minta maaf kepadanya”
“Mwoya?! Menatapku saja dia tidak mau. Bagaimana aku minta maaf dengannya?”
“Amber, dia pasti sangat syok”
“Youra-ya, mianhaeyo. Jeongmal mianhae. Aku berjanji tidak akan pernah tidur di kamarmu lagi! Promise you!”
Yura tetap tidak menunduk dan tetap tutup mulut.
“Yura-ya... Eonni, jeongmal mianhaeyo. Aku tau, kau pasti sangat syok. Aku juga terkejut, kenapa aku bisa seperti itu. Youra-ya, maukah kau memaafkan ku?” Amber membujuknya dengan nada memelas.
“Amber-nim, kau benar-benar tidak tau tentang itu? Kau benar-benar tidak melakukannya, kan?”
“Ne! Lagipula, kau adikku dan kita sama-sama yeoja. Jadi, aku tidak mungkin melakukan itu. Maukah kau memaafkan-ku?”
“ne. Aku memaafkan-mu”
“Geurraeyo?! Gomawo, saengiiiiii !!!”
“Tapi, kau jangan pernah tidur di kamarku lagi dan, kembalikan earphone-ku” Yura menadahkan tangannya untuk mengambil earphone.
“earphone? Oo.. gomawo, saeng” Amber melepaskan earphone dari lehernya dan memberikannya pada Yura.
“Youra-ya, Amber-ssi, Kajja! Kalian harus pergi sekolah, kan?”
“Ah, ne!” sahut mereka berdua karena mereka hampir lupa sekolah.
Setengah jam berlalu, Amber dan Yura bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
“Eomma, kami pergi, ne!” sahut Amber dari luar.
“Ne! Hati-hati!”
Mereka pun pergi ke sekolah tetapi berbeda haluan. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sekolah. Bel berbunyi tepat saat Yura sampai di kelas. Guru pun segera masuk dengan membawa seorang murid baru.
“Anak-anak, Bapak akan mengenalkan kepada kalian murid baru di kelas ini. Nak, silahkan perkenalkan dirimu” kata Guru Han kepada murid baru itu. Murid itu mulai menghela nafasnya dan memulai untuk berbicara.
“Annyeonghaseyo. Jeoneun Yeo Jin Gu imnida. Jeongmal bangapseumnida” sapanya dengan menundukkan kepalanya.
“baiklah, Yeo Jin Gu. Silahkan duduk di bangku yang kosong”
“Gamsahamnida, Guru Han”
Yeo Jin Gu namanya. Dia seorang namja. Tapi, bukan namja biasa bagi Yura. Entah kenapa, matanya tak bisa lepas dari murid baru itu. Berulang kali, matanya berkedip, detak jantungnya sangat cepat, apalagi saat Jin Gu tersenyum. Dia mulai berkenalan dengan teman-teman barunya tapi, saat dia melihat Yura, dia benar-benar tidak berani melihatnya. Dia menunduk dan pura-pura membaca buku. Saat dia memalingkan wajahnya dari Yura, Yura kembali melihatnya, sesekali menunduk sambil tersenyum sendiri. Yura merasa ada yang aneh dari dirinya. Hatinya merasakan bahwa Yura menyukai Yeo Jin Gu, tetapi, dia melawan pikiran bodoh itu.
Bel berbunyi...
Bel berbunyi. Jam istirahat pertama pun dimulai. Sebagian murid-murid ada yang ke kantin, ada yang hanya sekedar berjalan-jalan, dan ada yang di kelas saja seperti Yura, Jinri, Jin Gu dan chingudeul yang lain. Dia tetap fokus membaca komik yang dibacanya dan tiba-tiba Jinri datang kepadanya.
“Youra-ya, kau sedang baca komik apa?”
“Komik Miiko”
“Miiko edisi berapa?”
“Yang terbaru, edisi 25. Kau sudah punya?”
“Belum. Waeyo?”
“Mau aku pinjamkan?”
“Geurraeyo? Kau benar-benar...”
“ne. Kau mau?”
“Youra-ya, sebetulnya, aku ingin mengatakan ini sejak lama. Tapi, aku tidak pernah berani untuk mengatakannya padamu karena, aku paham suatu hal”
“waeyo, Jinri? Apa yang ingin kau katakan padaku?”
“Youra-ya, bolehkah aku jadi sahabatmu?”
“Jinri-ya, aku tau kau sangat ingin menjadi sahabatku, tapi, aku tidak bisa. So hyun tetap sahabatku”
“Jinri, bukannya aku tidak mau. Tapi, aku akan tetap mengganggapmu sebagai temanku. Hanya teman. Karena..”
“Aku paham, Kim So hyun tetap sahabatmu. Gwenchana, aku mengerti”
“mianhaeyo, Jinri”
“gwenchanayo, Youra-ya” jawab Jinri dengan senyum.
“Jinri-ya, apa kau sudah berkenalan dengannya?”
“Ye. Dia sangat baik. Ya.. menurutku dia seperti lelaki lainnya. Bagaimana denganmu?”
“Ah, aku belum. Mungkin kapan-kapan”
“Kenapa ‘kapan-kapan’? Apa kau sudah mengenalnya?”
“Belum. Hanya saja, hari ini belum tepat waktunya”
Saat Yura menyelesaikan jawabannya barusan, dia melihat Jin Gu menuju keberadaan mereka, Yura segera mengajak Jinri keluar dari kelas.
“Ya! Kalian...” seru Jin Gu menghampiri mereka.
“Jinri-ya, ayo kita keluar! Aku mau ke toilet. Kajja!” Yura menyeret Jinri keluar dari kelas.
“Ya! Youra-ya! Aku bisa jalan sendiri!”
Mereka berhasil keluar dari kelas untuk menghindari Jin Gu. Jantungnya berdegup sangat kencang saat Jin Gu berkata-kata. Berulang kali, ditelan ludahnya sendiri dan jantungnya kembali berdegup kencang. Sementara, Yeo Jin Gu berdiri terpatung di meja Yura sambil menatapi komik yang ada di atas mejanya. “Tunggu sebentar! Komik? Aigooo!!” jerit Yura dalam hati. Dia mulai meraih komik itu sambil tersenyum sendiri.
“Jinri-ya, tolong ambilkan komik yang dipegang Jin Gu, ya?”
“Youra-ya, katamu kau mau ke toilet”
“Sebentar! Kau ambilkan saja dulu komikku. Palliii! Palliwaa!”
“Waeyo??”
“Ya! Sudah ambilkan saja dulu sanaa!” Yura semakin tidak sabar dan mendorong Jinri ke dalam kelas.
Detak jantung Yura semakin tidak beraturan saat dia melihat Jin Gu menyimpan komiknya ke dalam tasnya.
“Yeo Jin Gu!” seru Jin ri kepada Jin Gu.
“Nde? Ada apa?”
“Boleh aku minta komiknya?”
“Komik? Maksudmu, komik ini?” tanya Jin Gu sambil mengeluarkan komik Yura dari dalam tasnya.
“Ye. Kau mau pinjam komik itu? Itu komik temanku”
“Ye. Aku tahu, tapi, temanmu tadi buru-buru pergi. Jadi, aku ambil saja”
“sebaiknya, kau bilang dulu padanya. Komik itu baru dibelinya”
“Arratchi”
Jin Gu dan dan Jin ri menuju tempat Yura bersembunyi, yaitu di balik pintu kelas. Betapa terkejutnya dia ketika Jin Gu tepat berada di depan dirinya. Tubuhnya refleks berlari ketika mereka berdua hampir dekat dengan Yura. Jinri dan Jin Gu terkejut karena Yura tidak ada disana.
“Omo! Kenapa dia tidak ada disini? Kemana dia?” Jinri kebingungan mencari Yura.
“Kau yakin tadi dia disini?” tanya Jin Gu yang juga kebingungan.
“Ne! Bahkan tadi dia mendorongku agar cepat-cepat mengambil komiknya”
“Mungkin dia sedang buru-buru” tebak Jin Gu.
“Ah, ne! Katanya, dia ingin ke toilet!”
“Jadi, bagaimana dengan komiknya?”
“euumm... Kau pegang saja dulu. Nanti aku yang bilang padanya”
“Ne. Gomawo”
Di lain sisi, Yura terengah-engah karena telah lelah berlari dan terhenti belakang gedung sekolah. Nafasnya tersengal-sengal seiring degup jantungnya yang kian cepat karena terus mengingat Jin Gu.
“Bagaimana kalau tadi aku tidak berlari? Jantungku pasti sudah terhenti dan pingsan di depannya. Aigoo! Ada apa dengan hati ini? Ania! Ini bukan cinta! Aniaaa!!! Eottokhae?! Kenapa dia harus mengambil komikku? Kenapa dia harus menyentuh, memegang dan menyimpan komikku? Apa yang tadi dibicarakan mereka berdua? Yeo Jin Gu! Kenapa kau membuatku begitu... Haaiisshh...”
Sejenak, Yura memandang langit yang begitu kelabu. Hari itu mendung saat itu. Seiring dia melihat awan yang berarak-arak di langit, hatinya tiba-tiba menjadi tenang dan menjadi dingin. Bibirnya sedikit demi sedikit tersenyum dan dengan tenangnya dia merasakan angin dingin yang membelai lembut tubuhnya. Lagi-lagi, Yeo Jin Gu melintas dipikirannya, tetapi kali ini dia sadar, bahwa dia memang menyukai Yeo Jin Gu. Tiba-tiba, Jin Gu yang sedang berjalan-jalan berkeliling sekolah melihat Yura yang sedang berdiri tegak sambil menutup matanya. Rambut panjang Yura yang sedang diterbangkan angin menarik hati Jin Gu untuk mengamati Yura dari balik pepohonan.
“Sebenarnya, dia itu kenapa? Kenapa dia menyukai cuaca mendung seperti ini? Benar-benar yeoja yang unik. Rambut panjangnya membuat wajahnya sangat polos dan manis. Ya! Jin Gu-ya! Kau kenapa? Ada apa dengan dirimu? Huuftt...”
Setetes hujan jatuh membasahi bumi dan kemudian membasahi ujung hidung Yura. Dia melihat ke arah tetesan hujan itudan kemudian mendongak ke arah langit. Perlahan, tetesan hujan yang jatuh ke bumi semakin banyak. Yura belari ke arah pohon besar tepat Jin Gu berada. Jin Gu yang juga menyadari hari telah hujan, kemudian bersandar ke badan pohon tersebut, sama seperti yang dilakukan Yura. Mereka bersandar berlawanan arah. Yura menyentuh tetesan air itu dan bermain dengannya. Sementara, Jin Gu menggigil kedinginan karena hawa yang dingin. Bel masuk berbunyi, keduanya segera berlari ke gedung sekolah. Sekilas, mata mereka berpapasan. Jantung Yura kembali berdegup kencang dan berlari sekuat tenaga. Jin Gu jauh tertinggal dan segera berlari menuju kelas.
“hhh... hhhh... hhhh...” nafas Yura kembali terengah-engah saat kembali ke kelas.
“Kau kenapa? Kau darimana saja?”
“Aku tidak dari mana-mana. Aku hanya dari halaman belakang sekolah. Eum, apa yang kalian bicarakan tadi?”
“Bicarakan? Eum... Ah, ne! Jin Gu-ya mau meminjam komikmu, makanya dia mengambil komikmu”
“M-mwoya? Dia mau meminjam komikku?!” Yura sangat terkejut dan jantungnya kembali berdetak kencang. Entah karena sebab apa jantungnya selalu berdegup kencang saat dia membicarakan Yeo Jin Gu.
“Nde. Waeyo? Kenapa kau begitu terkejut?” tanya Jinri keheranan.
“Ani. Mutdoaniya. Yasudah, pinjamkan saja komikku padanya”
“Haaiissh... otthe? Apa aku harus meminjamkan padanya? Padahal, komiknya baru seperempatku baca”
Langkah kaki Jin Gu pun masuk memasuki kelas, bajunya cukup basah karena terkena hujan. Yura segera duduk dan menunduk ketika Jin Gu datang. Murid-murid yang lain dan juga Jinri segera menghampiri Jin Gu.
“Kau kenapa basah sekali? Pasti kau kehujanan, ya?”
“Kau darimana saja, Jin Gu-ya?”
“Kau harus segera ganti baju. Kalau tidak, kau akan sakit”
Banyak pertanyaan yang menhampiri Jin Gu. Memang murid baru itu sangat manis untuk murid-murid di sekolah itu. Wajar jika banyak murid perempuan yang mendekati dan memberi perhatian kepadanya, kecuali Kim Yura. Dia menjadi sangat pemalu kepada Yeo Jin Gu karena ini kali pertamanya dia merasakan getaran ‘sarang’ itu. Yeo Jin Gu pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
“Gwenchanayo. Aku hanya dari halaman belakang sekolah. Ini tidak terlalu basah, lagipula, ada jas ini. Gwenchanayo. Gomawo untuk perhatian kalian”
“Ah, kau sangat baik Jin Gu-ya. Memang murid pindahan dari luar negeri sangat baik dan sopan” jawab salah satu murid perempuan.
Jinri teringat kepada Yura. Dia menyadari kalau Yura dan Jin Gu sama-sama dari halaman belakang sekolah.
“Kenapa bisa sama-sama dari halaman belakang sekolah? Dan sama-sama kebasahan. Apa mereka sedang bersama-sama? Selang waktu mereka sampai di kelas pun, tidak jauh-jauh sekali”
Seorang guru pun masuk ke dalam kelas. Murid-murid kembali ke tempat duduknya dan mengeluarkan buku pelajaran. Jinri masih berpikir kenapa Yura dan Jin Gu sama-sama dari halaman belakang sekolah dan sama-sama basah kuyup. Sementara, Jin Gu masih keheranan terhadap sikap Yura yang selalu menhindarinya dan kenapa ada kesan khusus saat dia melihat Yura? Dia melirik sebentar ke arah Yura dan teringat akan komik yang ingin dipinjamnya.
Pulang sekolah...
“KRRIIIIINNNNGGG!!!!”
Bel sekolah berbunyi, murid-murid berhamburan keluar dari kelas dan pulang menuju rumah masing-masing. Seperti biasa, Yura pulang sendiri ke rumahnya. Jinri tidak bisa menemani Yura kali pulang karena dia harus ke rumah pamannya. Yeo Jin Gu melihat Kim Yura jalan searah dengannya. Dia pun mendekati Yura agar bisa pulang bersama.
“ Neol!” Jin Gu meneriaki Yura tanpa menyebut namanya karena dia tidak tahu nama Yura. Untungnya, Yura merasa kalau dia sedang dipanggil. Dia menoleh ke belakang. Jin Gu melambaikan tangannya untuk memberi tanda kepada Yura. Yura sangat terkejut dan segera berlari. Sayangnya, tangannya sudah dipegang erat-erat oleh Jin Gu. Yura segera menutup matanyadan menolehkan kepalanya ke samping.
“Waeyo? Kenapa kau tidak mau melihatku? Apa aku hantu?” tanya Jin Gu.
“Tolong lepaskan tanganmu” jawab Yura datar.
“Nanti kau lari”
“Ani”
“Baik” Jin Gu melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Yura.
“Aku mau tanya suatu hal kepadamu. Kenapa kau selalu menghindar setiap aku mendekatimu? Kenapa setiap aku melihatmu, kau selalu memalingkan wajahmu?”
“Mollayo. Aku juga ingin menanyakan hal itu kepada hatiku”
“Hatimu? Ah, ne. Aku sampai tidak tahu namamu karena kau selalu menghindar. Siapa namamu?”
“Kim Yura” jawab Yura singkat. Jin Gu tersenyum mendengar nama itu karena menurutnya Yura adalah nama yang indah.
“Komikmu aku pinjam, ya. Eum, ayo kita berteman!” Jin Gu mengulurkan tangannya sebagai persetujuan bahwa mereka berteman dan ia juga tersenyum sangat manis sebagai penguat pernyataannya itu. Perlahan, Yura mengangkat kepalanya.
“Aku mohon, jangan tersenyum. Aku bisa pingsan jika terus-terusan melihat senyummu. Aku mohon! Lebih baik aku lari daripada pingsan!”
Ia pun mencoba untuk lari, tapi lagi-lagi, tangannya ditahan oleh Jin Gu.
“Otthe?! Aku benar-benar tidak bisa lari! Aigoo!”
“Otthe? Apa kau mau menjadi temanku?” lagi-lagi, Jin Gu mengulurkan tangannya.
Akhirnya, Yura mengaku kalah. Dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Jin Gu. Hawa panas mengalir dari tubuh Yura. Itu kali pertama dia merasakan perasaan hebat itu. Jin Gu merasa ada yang lain saat dia menjabat tangan Yura.
“Ada apa ini? Kenapa... Kenapa tangannya sangat hangat? Kenapa aku merasa sangat nyaman saat dia menjabat tanganku?”
“ekhemm...”
“Ah, ne. Gomawo sudah menjadi temanku. Yura-ya, rumahmu dimana?”
“Rumahku? Masih sekitar sini. Rumahmu?”
“Masih disekitar sini juga. Mmm.. aku boleh tau rumahmu?”
“Untuk apa?”
“Tidak.. aku baru pindah ke daerah ini. Jadi, aku ingin melihat-melihat”
“ooh...”
Di sepanjang jalan, mereka tidak bercakap-cakap. Sesekali, Jin Gu bertanya nama lorong dan Yura menjawabnya ringan. Yura masih malu-malu untuk berbicara dengan Jin Gu. Beberapa saat kemudian, Jin Gu menemukan sebuah taman bermain.
“Yura-ya”
“Ne?”
“Apa kau mau bermain di taman ini?”
“Ini sudah sore. Apa kau tak mau pulang dulu dan mengganti bajumu?” tolak Yura dengan sopan.
“Ah, ne” jawab Jin Gu pelan.
Jin Gu agak sedikit heran dengan sikap Yura kepadanya. Tiap kali ia bertanya kepada Yura, Yura menjawabnya dengan jawaban singkat. Bahkan, dia tidak pernah membuka pembicaraan terlebih dulu selama perjalanan pulang ini. Yura hanya tertunduk setiap kali Jin Gu menatapnya. Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di rumah Kim Yura.
“Ini rumahku” ini kali pertama ia membuka pembicaraan antara mereka berdua.
“Rumahmu cukup bagus. Kau tak mau melihat-lihat rumahku?” tanya Jin Gu lembut.
“Ani, gomawo” jawabnya singkat.
“Ne, cheonma” Jin Gu terlihat kecewa karena lagi-lagi, Yura menjawabnya singkat dan dingin.
“Chogiyeo!”
“Ne?”
“Di sekolah, ada beberapa ekskul yang mestinya kau ikuti”
“Ekskul apa saja?”
“Basket, Musik...”
“Ada basket?”
“Ne. Waeyo?”


eh maap yaa, baru selesai sampai sini ntar kalo komennya bagus ntar diusahain buat dilanjutin heheh. btw, rada gaje kan? yaiyalah, ini ffnya udh lama dibuat wkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar